Tiap kali melihat perkembangan anak-anak saya, walaupun mungkin waktu yang saya habiskan dengan mereka kurang optimal karena kesibukan saya, rasanya saya harusbersyukur sekali. Seperti saat akhir April lalu saya berkesempatan menghadiri wisuda S-1 anak pertama saya di Australia, Amyra Meidiana. Pilihan bidang studinya tidak jauh dari Ibunya, yaitu Information Technology (IT). Sebagai anak pertama dan perempuan di keluarga saya, Kakak Mia, begitu kami memanggilnya, memang terkategori cukup mandiri.
Walaupun waktu mulai kuliah umurnya baru 16 tahun, Mia bisa mengurus semua keperluannya sendiri selama kuliah di Australia. Dari mencari dan berpindah tempat tinggal, memilih/ mendaftar mata kuliah hingga mengurus ijin tinggal (VISA). Dengan kemandiriannya, kalau dibanding teman-teman saya yang mempunyai anak bersekolah di luar negeri, saya jarang sekali menengok anak saya ini ke Australia.
Saya cukup bersyukur, karena memang Mia punya kesadaran yang tinggi soal pendidikan. Saya tidak harus selalu mengingatkan untuk belajar dengan rajin, tapi dia sudah paham pentingnya pendidikan.
Pola pendidikan yang saya terapkan memang bukan menyuruh anak-anak belajar atau bahkan mengintimidasi anak-anak saya untuk berprestasi. Pola pendidikan seperti itu justru menurut saya membuat anak tertekan dan tidak maksimal dalam mengejar apa yang dia inginkan. Yang saya lakukan adalah memberi mereka arti tanggung jawab dari hal-hal yang mereka lakukan.
Seperti halnya soal pendidikan. Ketimbang saya rajin mengingatkan untuk belajar, saya cuma cukup mengatakan pada anak saya bahwa pendidikan yang mereka dapatkan sekarang akan menentukan kehidupan mereka di kemudian hari. Kalau mereka mau menjadi orang sukses, ya, harus mau berusaha. Kalau mereka asal-asalan, hasilnya akan kurang maksimal dan mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya.
Untuk Mia, saya juga tekankan bahwa pendidikan yang dia dapat tidak murah dan bukan didapat dengan mudah. Biaya untuk pendidikan tersebut didapat orangtuanya dengan bekerja keras. Dari situlah sepertinya, secara tidak sadar, di pikiran Mia tertanam tanggung jawab atas pendidikan dan kehidupannya di Sydney.
Hal ini yang mungkin membuat Mia bisa me-manage keuangan dengan baik sehingga tabungannya selama tinggal di sana lumayan. Alhamdulillah untuk pendidikan S-2 yang sedang dijalaninya sekarang, Mia berhasil mendapat beasiswa dan juga bekerja menjadi part-timer untuk mendapatkan tambahan uang biaya hidup di sana. Mia juga termasuk irit dengan pengeluaran. Dia rajin masak sendiri dan ke mana-mana sering berjalan kaki saja.
Saya ingin anak-anak saya dari masih kecil sudah punya rencana sendiri untuk masa depannya, sehingga bisa lebih bertanggung-jawab melaksanakan kewajiban mereka sejak dini.