Dian Siswarini
Dian Siswarini
Dian Siswarini
  • Perspective
  • Insight
  • My Journey
  • Gallery
  • About Me
  • Perspective

4G Bukan Gagah-gagahan

Total
0
Shares
0
0
0

Dalam sebuah kesempatan, Chief RA, begitu panggilan akrab Menkominfo Rudiantara, mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi Widodo serius memantau implementasi 4G secara penuh di Tanah Air. Setidaknya sudah dua kali beliau menanyakan hal itu. Bahkan juga menagih janji agar akhir tahun 2015 ini adopsi 4G sudah dirampungkan. Itu artinya beliau sangat serius dan menaruh perhatian yang besar.

Bukan hanya presiden yang menunggu-nunggu. Masyarakat Indonesia yang dikenal sangat aktif –kalau bukan malah  bisa dibilang “hiperaktif”—dalam penggunaan jaringan data untuk jejaring sosial, umumnya menuntut agar aktivitas mereka selalu terselenggara lancar melalui teknologi telekomunikasi yang lebih andal.

Baru-baru ini jagad media sosial kita diramaikan oleh aplikasi jejaring social berbentuk video live streaming, Periscope, yang dimiliki  Twitter. Sebelumnya terlebih dulu hadir Meerkat. Sepertinya nanti Facebook juga tak mau kalah akan menyusul dengan fitur sejenis, bertajuk Live.

Jika Twitter berbasis teks, itupun dibatasi hanya dalam 160 karakter, maka Periscope hadir dalam format video streaming yang jelas membutuhkan bandwidth yang jauh lebih besar. Menurut para penggagasnya, total durasi dari seluruh video yang ditonton pada satu hari melalui Periscope sudah setara dengan video yang ditonton dalam kurun waktu 40 tahun atau sekitar 350.000 jam. Periscope sendiri sudah digunakan oleh 10 juta orang lebih hanya dalam jangka waktu 4 bulan sejak peluncurannya.

Robot yang dikendalikan dengan jaringan 4G – Foto: Estella (XL)

Dari fenomena ini dapat kita bayangkan tantangan apa yang dihadapi oleh bisnis penyedia laanan telekomunikasi yang sesungguhnya juga sudah dimulai sejak beberap waktu lalu, ketika kebutuhan layanan data mulai menanjak mengejar layanan voice.

Mari kita simak data  yang dicatat pada masa-masa puncak penggunaan jaringan telekomunikasi, yaitu pada masa Lebaran. XL mencatat bahwa dalam 3 tahun terakhir terlihat pergeseran kebiasaan pelanggan dalam menggunakan layanan komunikasi pada momen istimewa tersebut. Pemakaian layanan percakapan telepon (voice) dan SMS berkurang.

Perubahan trafik layanan voice dan SMS ini lebih disebabkan karena pergeseran kebiasaan pelanggan yang saat ini lebih memilih menggunakan layanan media jejaring sosial dan layanan sejenis instant messenger dalam melakukan komunikasi selama dan menjelang Idul Fitri. Di XL, kenaikan trafik data pada Lebaran tahun 2015 meningkat 41% dari hari biasa.

Industri telekomunikasi Indonesia  kompak menjawab tantangan tersebut dengan secara bersamaan meluncurkan komersialisasi layanan 4G LTE berbasis frekuensi 1800MHz di berbagai kota di seluruh Nusantara pada awal Juli lalu. Peluncuran layanan seluruhnya dilakukan di kota-kota di luar pulau Jawa untuk menunjukkan bahwa teknologi ini sangat potensial untuk mendorong pembangunan ekonomi, terutama di luar Jawa, melalui telekomunikasi.

Dengan komersialisasi ini, Indonesia masuk ke dalam kelompok 120 negara yang telah menggelar layanan 4G. Itu artinya kita juga ikut menggenapi jangkauan 4G yang baru mencapai 26% dari total penduduk bumi.  Amerika Utara merupakan kawasan terdepan dalam proporsi coverage  4G ini di wilayahnya dengan 97%. Sementara Eropa sudah mencatat coverage sampai 63% sampai akhir tahun 2014. Negara-negara lainnya masih berjuang menggenjot coverage 4G-nya dan seluruh dunia diperkirakan akan mencapai angka 95% pada akhir dekade ini (GSMA, 2015).

Apa pentingnya pencapaian angka-angka itu bagi kehidupan berbangsa? Tahun 2014 lalu operator dan industri ponsel mempekerjakan 12,8 juta orang secara langsung di seluruh dunia. Sejumlah 4,6 juta di antaranya bekerja di sektor konten, aplikasi, dan servis. Sedang mereka yang bekerja terkait dengan industri telekomunikasi ini mencapai 11,8 juta orang. Belum pula tercatat ada pendanaan publik, misalnya pajak, yang tahun lalu totalnya mencapai 400 miliar dollar AS.

Rencana Pitalebar Indonesia juga sangat diharapkan mendukung visi tentang transformasi Indonesia menuju  tahun 2025 melalui masterplan yang disebut Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI bertujuan untuk mentransformasikan Indonesia dari ekonomi peringkat ke-17 besar dunia pada tahun 2010 ke peringkat ke-12 dunia tahun 2025 dengan PDB sebesar 4,0-4,5 triliun dollar AS. Transformasi tersebut tidak dapat dilakukan tanpa dukungan TIK khususnya pitalebar.

Kelak pada tahun 2019, sasaran-sasaran pitalebar pada RPI harus tercapai, yaitu:

  1. Perkotaan: Pitalebar Akses Tetap: 71% rumah tangga (20 Mbps), 100% gedung (1 Gbps), dan 30% populasi. Sedang Pitalebar Akses Bergerak: 100% populasi (1 Mbps)
  2. Pedesaan: Pitalebar Akses Tetap: 49% rumah tangga (10 Mbps) dan 6% populasi. Sedang  Pitalebar Akses Bergerak: 100% populasi (1 Mbps)

Memang sepertinya “tugas” bagi penyedia layanan akses pitalebar bergerak lebih ringan karena “hanya” ditarget untuk menggelar pita selebar 1 Mbps. Namun jika melihat laju teknologi dan layanan serta gaya hidup digital yang makin visual (lihat fenomena Periscope), maka layanan dengan teknologi terbaru seperti  4G LTE adalah keharusan. Video dan multimedia akan menjadi layanan kunci, yang rakus bandwidth. Layanan 4G LTE yang secara teoretis bisa menyuguhkan bandwidth sampai 100 Mbps, bahkan sampai 1 Gbps dalam mobilitas rendah.

Namun demikian, menggelar layanan 4G bukanlah hal mudah, terutama dalam soal teknis pengaturan alokasi bandwidth yang sebelumnya belum tertata rapi. Untuk dapat menggelar 4G dengan maksimal dan menyuguhkan throughput yang tinggi, spektrum harus ditata ulang. Dalam hal inilah pemerintah berperan kunci. Refarming hanya bisa dilakukan dengan pengaturan dari pemerintah, yang memiliki kapasitas untuk mendudukbersamakan operator pemegang frekuensi dan mendesakkan realokasi.

Alhamdulillah, pelan tapi pasti hasil refarming sudah membuahkan hasil. Khususnya untuk 1800 MHz yang sangat krusial bagi 4G, proses sudah dimulai dari daerah yang memiliki potensi implikasi paling minim ke pelanggan, yaitu daerah di luar Jawa. Bulan-bulan ini proses tersebut memasuki Jawa, yang berarti memasuki tahap kritis karena penggunaan yang sangat padat. Kami berdoa agar tahapan terakhir ini sukses dan sesuai target nanti pada akhir tahun, frekuensi 1800 MHz ini sudah clear untuk menggelar layanan 4G secara penuh di Tanah Air.

Melihat kebutuhan akan layanan data yang cepat dan pentingnya bagi pembangunan bangsa, jelas bahwa 4G bukan hanya dalam rangka gagah-gagahan. Ya, meski memang dalam kata “gagah-gagahan” terkandung 4 (huruf) G, namun percayalah 4G bukan singkatan dari kata tersebut.

Note: Tulisan ini dimuat di Bisnis Indonesia, 3 September 2015

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Pin it 0
Previous Article
  • My Journey

Tamu Istimewa di Jumat Sore

View Post
Next Article
  • Gallery

“Hal yang tersulit dari sebuah transformasi adalah mengubah individunya.”

View Post
1 comment
  1. Awe says:
    August 25, 2018 at 6:25 pm

    Terus semangat XL untuk membantu program pemerintah dalam pemerataan jaringan di seluruh Indonesia, ini menjadi tugas berat bagi pak Rudiantara dan team sehingga harus banyak kunjungan ke berbagai provider yang ada di Indonesia, apapun bentuknya terima kasih XL telah menjadi sarana untuk kemajuan bangsa Indonesia, sukses selalu untuk bu Dian khususnya dan karyawan XL Axiata umumnya

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

about
Dian Siswarini CEO PT XL AXIATA

Semua boleh gelar 4G. Semua bebas mencanangkan kesiapan bertransformasi menjadi perusahaan digital. Yang kurang elok adalah tidak membarenginya dengan menyiapkan ekosistem digitalnya. Tanpa ekosistem, 4G akan jadi panggung yang sepi. Padahal 4G merupakan salah satu harapan terbesar kita sebagai bangsa yang berperan menjadi enabler ekonomi digital. Harapannya, 4G akan menjadi tumpuan mewujudkan visi XL untuk membangun Digital Economy Indonesia.

Recent Post
  • 1
    5G Datang Lebih Cepat Dari Perkiraan
  • 2
    Kembangkan IoT Harus Gandeng Tangan, Tidak Bisa Sendirian
  • 3
    Industri Telekomunikasi 2019 : Menatap Penuh Optimisme
Dian Siswarini
  • Perspective
  • Insight
  • My Journey
  • Gallery
  • About Me
Power by XL Axiata

Input your search keywords and press Enter.