IoT atau internet of things saat ini sedang hangat dibicarakan. Baik di dalam negeri maupun dunia. Memang, IoT ini sangat menarik. Informasi tentang IoT yang akan menghubungkan miliaran device atau sensor menjadi sebuah challenge hampir disemua industri. Bukan hanya yang bergerak di industry ICT saja, tetapi lintas industri lainnya.
Pun demikian, IoT ini tidak akan berkembang jika bergerak sendirian. Harus ada ekosistem yang mendukung dibalik itu semua. Ada service provider, ada produsen sensor atau produk, ada developer, dan ada ahli-ahli d¬ari industri lainnya.
Sebagai contoh satu use case yang XL tangani, sebuah Chicken Farm at¬au perternakan ayam. Akan sangat membantu jika diterapkan solusi IoT di dalamnya. Tapi, hal ini tidak akan dapat di jalankan, jika ekosistem nya tidak lengkap. Selain service provider dan developer, dibutuhkan juga ahli peternakan yang miliki pengetahuan khusus tentang ayam sehingga ada yang mentranslasikan apa yang dbutuhkan.
Selain itu, kita juga perlu sensor yang ukurannya sesuai untuk ditaro di lingkungan ayamnya itu sendiri. Belum lagi tentang bagaimana cara mengirim data yang sudah terkumpul. Bagaimana membaca data-data yang sudah terkumpul lagi. Jadi, untuk sebuah Chicken Farm saja, bidang ilmu yang harus dilibatkan sudah lumayan banyaknya.
Lalu, ketika akan diimplementasikan, kalau chicken farm nya kecil, harga solusinya terhitung mahal. Jadi, skala nya harus besar, baru bisa masuk dalam hitungan atau economic scale nya tercapai.
Untuk ekosistem IoT itu jalan, memang dibutuhkan massive scale dari semua bagian ekosistem sehingga secara ekonomi bisa masuk dan IoT ini bisa berjalan.
Itu sebabnya, kami berharap, agar ekosistem IoT ini cepat berkembang, pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan atau regulasi perlu memperhatikan tentang tiga hal. Pertama, dari sisi spesifikasi teknologi jangan terlalu banyak opsi. Yang kami mau, pemerintah itu mengadopsi NB-IoT atau Narrow Band – Internet of Things. Jika terlalu banyak pilihan, kami khawatir nantinya akan terjadi ketidakjelasan roadmap. Bukan hanya sayang waktunya, tetapi juga sayang investasinya.
Terlebih, jika kita melihat dari beberapa negara di dunia, sebagian besar juga sudah memilih menggunakan NB-IoT ini.
Berdasarkan data GSMA, sampai November 2018 lalu, sudah ada 77 operator yang berada di 46 negara sudah mengkomersialkan layanan IoT nya. Teknologi yang digunakan memang beragam. Tetapi yang paling besar adalah memilih NB-IoT yakni sebanyak 25 negara. Sisanya menggunakan NB-IoT yang mengkombinasi dengan LTE-M, tetapi jumlah nya tidak banyak. Hanya 12 negara saja. Yang paling sedikit adalah hanya menggunakan LTE-M saja, hanya 9 negara.
Melihat perkembangan dunia seperti itu, kami di XL Axiata juga memilih NB-IoT karena teknologi ini lebih sesuai dengan perusahaan seperti kami yang memberikan layanan telekomunikasi. Selain itu, NB-IoT ini juga di backup oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Huawei, Ericsson dan lainnya yang sudah mumpuni sebagai technology provider.
Kedua, masalah spektrum. Pemilihan spektrum ini penting karena akan berpengaruh juga pada faktor ketiga, yakni masalah harga. Kami sendiri berharap spektrumnya unlisenced. Supaya ujung-ujungnya harga yang diterima masyarakat lebih affordable.
Potensi Ranum IoT
Jika kita melihat potensi IoT, secara global diprediksi akan meningkat tiga kali antara 2017 sampai 2025. Angkanya cukup menggiurkan, mencapai USD 25 Miliar. Dan ini akan menjadi teknologi yang mainstream di pasar konsumer.
Sedangkan untuk pasar Indonesia, pasar IoT diperkirakan akan mencapai Rp444 triliun pada 2022 dan pada 2025 nanti menjadi Rp1.620 triliun. Ini angka yang luar biasa besar. Dan ke depan kebutuhan IoT di industri bukannya tidak mungkin bakal lebih tinggi lagi. Saat ini saja ada sekitar 250 perusahaan berekosistem IoT di negara kita, yang tumbuh dan berinvestasi di dalamnya.
Dengan melihat data diatas maka kami sangat berharap pemerintah dapat secepatnya mengeluarkan kebijakan atau regulasi yang berkait dengan IoT ini. Hal ini akan memberikan kepastian bagi kami untuk menentukan arah kebijakan perusahaan dalam berbisnis di IoT. Soalnya, kami juga tidak mau ketinggalan dalam IoT ini. Pasarnya sangat besar.
Kami memprediksikan bisnis ini (Internet of Things) memiliki pertumbuhan tahunan 18% dalam periode 2016-2020. Jadi kalau ditanya serius atau tidak menggarap bisnis ini, jawabannya sangat serius.
Nah, salah satunya adalah dengan mewujudkan apa yang disebut X-Camp, atau laboratorium IoT. X-Camp itu salah satunya untuk eksositem. Aplication developer, Sensor developer dan semua pihak yang berait dengan ekosistem IoT kami undang. Untuk menggunakan fasilitas di X-Camp ini dan sama-sama mengembangkan IoT.
Selain itu, kami juga sudah melakukan uji coba NB-IoT di jaringan 5G. Disamping menyediakan beberapa solusi IoT lain, seperti “Fleet Management Services”, “Hajj Tracker”, dan lainnya semisal untuk agrikultur, manajemen bangunan, dan sebagainya.
Kami sendiri dalam ekosistem IoT ini memposisikan diri sebagai Solution Provider. Dan ini jadi PR kami, karena saat ini XL Axiata masih dikenal sebatas perusahaan penyedia layanan telekomunikasi. Belum berpikir bahwa XL Axiata merupakan Solution Provider. Jadi, kami harus buat brand yang bisa menggambarkan kalau XL juga sebagai solution provider. Sehingga begitu konsumen membutuhkan akan langsung teringat bahwa XL bisa menyediakan solusi sesuai dengan kebutuhan mereka.